Pertemuan BSIP NTT dan Poktan dalam Diskusi Hasil Pengukuran Linear Tubuh Sapi di BPP Tesbatan
Kupang, 22 Agustus 2023, bertempat di BPP Tesbatan Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang, BSIP NTT inisiasi pertemuan dengan kelompok tani Pemula dalam rangka diskusi hasil pengukuran linear tubuh sapi yang dilakukan di kelompok tani Pemula. Pertemuan ini dihadiri langsung oleh Kepala BSIP NTT Dr. Ir. Sophia Ratnawaty, M.Si, koordinator kegiatan Ir. Onike T. Lailogo, M.Si., Ph.D, para staf fungsional yang tergabung sebagai anggota tim kegiatan, KJF Kabupaten Kupang/Koordinator Penyuluh Kabupaten Kupang, Koordinator BPP Tesbatan dan penyuluh Kecamatan Amarasi, serta para anggota kelompok tani Pemula.
Pertemuan diawali oleh Koordinator BPP Tesbatan (Mesry Kana Hau, SP) dan menyampaikan tujuan dari pelaksanaan pertemuan tersebut yang selanjutnya dilengkapi oleh, Penangungjawab Kegiatan (Ir. Onike T. Lailogo, M.Si., Ph.D).
Juga dalam kesempatan tersebut, Kepala BSIP NTT (Dr. Ir. Sophia Ratnawaty, M.Si) menyampaikan sebenarnya pendampingan di desa Tesbatan tidaklah baru, karena sebelum menjadi BSIP sudah pernah dilakukan pendampingan juga terkait peternakan sapi. Sehingga seharusnya program ini tidak berat untuk dilakukan dan dapat berkesinambungan dengan program sebelumnya.
Pertemuan dilanjutkan dengan pemaparan hasil pengukuran linear tubuh sapi yang telah dilakukan sebelumnya oleh Ir. Onike T. Lailogo, M.Si., Ph.D. Hasil pengukuran telah diolah dengan mengkategorikan beberapa sapi yang telah diukur ke dalam kelas bibit sesuai SNI 7651-4:2020 tentang bibit sapi potong bali. Berdasarkan olah data didapatkan dari 15 sapi yang diukur, hanya 5 yang masuk kategori baik kelas I, II, dan III. Faktor utama yang mempengaruhi tidak masuk kategori karena umur yang melebihi 24 bulan. Selain itu faktor yang mempengaruhi yaitu ukuran linear tubuh sapi di bawah ukuran SNI sehingga tidak masuk kategori.
Berdasarkan hasil diskusi, didapatkan pendugaan penyebab sapi yang dimiliki oleh para anggota kelompok tidak masuk kategori, salah satunya dari faktor umur yang melebihi 24 bulan sehingga tidak masuk kriteria sapi bibit. Oleh karena itu perlu edukasi kepada para petani mengenai batas usia bibit sapi yang diperbolehkan sesuai SNI terbaru. Selain itu diduga faktor genetik juga mempengaruhi performa ukuran tubuh sapi. Indukan yang tidak sesuai kriteria dan kebuntingan di atas 10 kali menyebabkan anakan sapi memiliki genetik sapi bali yang kecil. Selain itu pola budidaya yang masih tradisional juga menjadi kendala untuk menghasilkan bibit sapi yang berkualitas.
Oleh karena itu diperlukan solusi nyata, seperti pemilihan indukan yang berkualitas ataupun dengan inseminasi buatan dengan menggunakan semen bibit bali super. Selain itu perlu pengamatan birahi yang tepat oleh petani dan sinergi antara petani dan inseminator. Perlu juga didukung dengan penyediaan sumber pakan yang seimbang untuk mendukung pertumbuhan sapi yang optimal. Dari hasil diskusi juga akan direncanakan dilakukan pengukuran di kelompok tani Baki Tuan di desa Binoni yang dinilai potensial sehingga dapat dikumpulkan data sebanyak-banyaknya potensi bibit sapi bali sesuai standar. Selain juga akan dilakukan pembimbingan teknis mengenai pembibitan ternak dan pengembangan tanaman pakan rumput dan leguminosa dalam hal ini legum lamtoro tarramba untuk melengkapi ketersedian lamtoro lokal yang sudah menjadi bahan pokok pakan di desa tersebut.